Sabtu, 15 Oktober 2016

Goyang Karawang.

Suatu hari di jaman dahulu, seorang pendatang dari luar kota tengah kebingungan di pusat Kota Karawang, Saat itu, Ia hendak pulang ke kota asalnya. Namun, ternyata ia tidak tahu dimana letak terminalbus yang ada di Karawang. Ditengah kebingungannya itu, kemudian Ia bertemu dengan seorang gadis muda penjual makanan tradisional seperti : papais, pisang goreng, leupuet, gemblong dll, yang tengah membawa ‘nyiru’ (sejenis nampan berbentuk bundar terbuat dari anyaman bambu) diatas kepalanya. Dan bertanyalah si pria pendatang itu kepada sang gadis.
Pria Pendatang                : “Mba, terminal bus dimana ya?”
Gadis Penjual Makanan  : “DisanaMas!!”
Yang menarik disini, ternyata sang gadis yang kedua tangannya memegang nyiru yang dipukul diatas kepalanya itu, menunjukan arah terminal bus kepada sang pria dengan menggeolkan pantatnya. Mendapatkan perilaku itu, kemudian sang pria mengonfirmasikan arah yang Ia dapat dari bahasa tubuh itu kepada sang gadis, dan sang gadis menjawab ‘iya.” – sebagai catatan, dahulu terminal Karawang berada di daerah Johar, namun sekarang terminal tsbt sudah tidak ada.
Disitulah kemudian persepsi muncul dari sang pria pendatang. Persepsi terhadap perilaku sang gadis penjaja makanan yang Ia jumpai.

“Oh, ternyata Orang Karawang memang jago goyang. Sampai-sampai menunjukan arah juga dengan goyangan,” simpul sang pria pendatang.
Cerita si pria pendatang ini kemudian menyebar di dalam perjalanan pulangnya sampai ke kota asalnya. Kemudian dari mulut-kemulut maka tersebarlahkabar bahwa orang Karawang jago atau mahir bergoyang. Darisitulah lalu muncul istilah Goyang Karawang.
Cerita ini berasal dari sumber lisan yang belum tentu benar, namun minimal bisa menjadi alternatif lain bagi yang ingin mengetahui tentang sejarah Goyang Karawang.

Musik dangdut Karawang Barat, Karawang Timur.

Penyebutan nama "dangdut" merupakan onomatope dari suara permainan tabla (dalam dunia dangdut disebut gendang saja) musik India. Putu Wijaya awalnya menyebut dalam majalah Tempo edisi 27 Mei 1972 bahwa lagu Boneka dari India adalah campuran lagu Melayu, irama padang pasir, dan "dang-ding-dut" India.[2] Sebutan ini selanjutnya diringkas menjadi "dangdut" saja, dan oleh majalah tersebut digunakan untuk menyebut bentuk lagu Melayu yang terpengaruh oleh lagu India.






Orkes Melayu (biasa disingkat OM, sebutan yang masih sering dipakai untuk suatu grup musik dangdut) yang asli menggunakan alat musik seperti gitar akustik, akordeon, rebana, gambus, dan suling, bahkan gong. Musik Melayu Deli awalnya tahun 1940-an lahir di daerah Deli Medan, kemudian musik melayu deli ini juga berkembang di daerah lain, termasuk Jakarta. Pada masa ini mulai masuk eksperimen masuknya unsur India dalam musik Melayu.
Perkembangan dunia sinema pada masa itu dan politik anti-Barat dari Presiden Sukarno menjadi pupuk bagi grup-grup ini.
Dari masa ini dapat dicatat nama-nama seperti P. Ramlee (dari Malaya), Said Effendi (dengan lagu Seroja), Ellya (dengan gaya panggung seperti penari India, sang pencipta Boneka dari India), Husein Bawafie (salah seorang penulis lagu Ratapan Anak Tiri), Munif Bahaswan (pencipta Beban Asmara), serta M. Mashabi (pencipta skor film "Ratapan Anak Tiri" yang sangat populer pada tahun 1970-an).
Gaya bermusik masa ini masih terus bertahan hingga 1970-an, walaupun pada saat itu juga terjadi perubahan besar di kancah musik Melayu yang dimotori oleh Soneta Group pimpinan Rhoma Irama.
Beberapa nama dari masa 1970-an yang dapat disebut adalah Mansyur S., Ida Laila, A. Rafiq, serta Muchsin Alatas.
Populernya musik Melayu dapat dilihat dari keluarnya beberapa album pop Melayu oleh kelompok musik pop Koes Plus pada masa jayanya.

Dangdut modern, yang berkembang pada awal tahun 1970-an sejalan dengan politik Indonesia yang ramah terhadap budaya Barat,
memasukkan alat-alat musik modern Barat seperti gitar listrik, organ elektrik, perkusi, trompet, saksofon, obo, dan lain-lain untuk meningkatkan variasi dan sebagai lahan kreativitas pemusik-pemusiknya.
Mandolin juga masuk sebagai unsur penting. Pengaruh rock (terutama pada permainan gitar) sangat kental terasa pada musik dangdut. Tahun 1970-an menjadi ajang 'pertempuran' bagi musik dangdut dan musik rock dalam merebut pasar musik Indonesia, hingga pernah diadakan konser 'duel' antara Soneta Group dan God Bless.
Praktis sejak masa ini musik Melayu telah berubah, termasuk dalam pola bisnis bermusiknya. Pada paruh akhir dekade 1970-an juga berkembang variasi "dangdut humor" yang dimotori oleh OM Pancaran Sinar Petromaks (PSP).
Orkes ini, yang berangkat dari gaya musik melayu deli, membantu diseminasi dangdut di kalangan mahasiswa. Subgenre ini diteruskan, misalnya, oleh OM Pengantar Minum Racun (PMR) dan, pada awal tahun 2000-an, oleh Orkes Pemuda Harapan Bangsa (PHB).



Musik Dangdut

Dangdut merupakan salah satu dari genre seni musik populer tradisional Indonesia yang khususnya memiliki unsur-unsur Hindustani (India), Melayu, dan Arab. Dangdut bercirikan dentuman tabla (alat musik perkusi India) dan gendang. Dangdut juga sangat dipengaruhi dari lagu-lagu musik India klasik dan Bollywood.

Sejarahnya, dangdut dipengaruhi musik India melalui film Bollywood oleh Ellya Khadam dengan lagu "Boneka India", dan terakhir lahir sebagai Dangdut tahun 1968 dengan tokoh utama Rhoma Irama. Dalam evolusi menuju bentuk kontemporer, sekarang masuk pengaruh unsur-unsur musik India (terutama dari penggunaan tabla) dan Arab (pada cengkok dan harmonisasi). Perubahan arus politik Indonesia pada akhir tahun 1960-an membuka masuknya pengaruh musik barat yang kuat dengan masuknya penggunaan gitar listrik dan juga bentuk pemasarannya. Sejak tahun 1970-an dangdut boleh dikatakan telah matang dalam bentuknya yang kontemporer. Sebagai musik populer, dangdut sangat terbuka terhadap pengaruh bentuk musik lain, mulai dari keroncong, langgam, degung, gambus, rock, pop, bahkan house music.[1]

Pengaruh India juga sangat kuat didalam genre musik dangdut ini, melainkan dari gaya harmoni dan instrumen, juga dipopulerkan dengan lagu-lagu dangdut klasik yang bertema India yang dinyanyikan oleh penyanyi-penyanyi dangdut populer seperti Rhoma Irama dengan lagunya yang berjudul "Terajana", Mansyur S dengan lagunya yang berjudul "Khana", Ellya Khadam dengan lagu "Boneka India", dll.